Pages

Subscribe:

Jumat, 07 September 2012

Pelajaran Hidup 5 September 2012....

KISAH INI NYATA DARI PENGALAMAN PRIBADIKU

Seperti biasa aku bangun pukul 04.30. Pagi itu berjalan seperti pagi-pagi sebelumnya. Pukul 05.45 aku pamitan untuk pergi sekolah dan tak lupa aku berdo'a dan berharap agar hari ini dapat lebih beruntung dari hari sebelum-sebelumnya. Sesampainya di sekolah, seperti biasa motorku aku parkir di sebelah selatan di barisan depan. Sebelum masuk, tak lupa aku selalu menuliskan sebuah kata di tanganku 'hari ini aku harus lebih baik dari hari sebelumnya' yang berisi harapan dan motivasiku untuk hari ini. 

Hari-hari di sekolah berjalan seperti apa adanya. Tapi entah kenapa pada hari itu aku sangat bersemangat untuk menerima materi pelajaran. Hingga aku tak merasa jika 8 jam pelajaran telah aku lewati. Aku merasa hari itu waktu berjalan sangat cepat.

Seperti biasa, aku tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan kumpul-kumpul menghilangkan penat di depan kelas XI IPA 6. Sepertinya hari itu semua orang terlihat sibuk. Ya, karena hari itu banyak subsie, OSIS, atau MPK yang aku tak tau sedang berkumpul apa. Belum lagi ditambah anak kelas X yang sedang mengikuti lomba KUS. Seakan hari itu semua orang terlihat sibuk kecuali aku.

Cukup lama juga aku ngobrol di depan XI IPA 6, sampai aku memutuskan untuk turun ke base camp Palasmaga. Disana ada latihan wall climbing. Daripada bosan seperti biasa ikut kegiatan Palasmaga. Lagipula sudah lama aku juga tidak naik wall. Tapi seperti biasa juga aku tidak dapat mencapai puncak. Bahkan justru tanganku menjadi kaku semua karena belum sempat pemanasan. Karena sudah agak lelah, setelah sholat Ashar aku langsung pulang.

Namun mungkin karena kecapekan dan kehausan, aku mampir sebentar di HIK dekat Solo Baru. Disana aku memesan satu es teh manis. Sebenarnya pelajaran itu dimulai baru saat aku berada di HIK ini. Aku melihat laki-laki  lumayan kekar tinggi namun sedikit tua, dengan pakaian seperti pulang dari pabrik keluar dari masjid dan menuju HIK tempatku berada. "Jeruk anget nggih pak." pesannya kepada penjual di HIK. Dia duduk di dekatku. Awalnya aku hanya biasa saja. Lalu dia mengajakku ngobrol. "Baru pulang sekolah ?"(semua dialog dengan bahasa jawa). "Iya Pak. Bapak dari mana ?" "Habis pulang kerja. Udah sore kok baru pualng ?" Aku jawab saja karena ada kegiatan. Lama kami berbincang sampai akhirnya aku tau alamat rumahnya yang ternyata satu jalur denganku. Dalam perbincangan panjang tersebut ia juga menceritakan kehidupan masa lalunya yang ternyata sangatlah suram. 

Dulu ia pernah dipenjara dua kali. Yang pertama akibat sabung ayam dan yang kedua karena menjual nomor togel. Dulu dia adalah preman di kampungnya. Perilakunya dulu sangatlah kotor.  Judi adalah pekerjaannya. Bahkan hanya karena judi, ia tidak mempedulikan anak dan istrinya. Bahkan pernah juga dalam keadaan mabuk ia hampir membunuh orang, tapi untung saja ada orang yang mencegahnya. Namun sekarang ia telah sadar dan bertaubat. Awal ia bertaubat adalah ketika ia dipenjara untuk kedua kalinya. Dalam penjara ia bermimpi bahwa ia sakit dan hampir mati tetapi istri dan anaknya terus mendo'akannya agar terus bertahan. Dan ketika ia terbangun ia sempat meneteskan air matanya.

Setelah keluar dari penjara ia berniat untuk bertaubat dan tidak akan melakukan judi lagi. Ia melamar pekerjaan kesana kemari tetapi banyak yang menolaknya mentah-mentah. Mungkin karena masa lalunya yang suram. Ia seperti memulai hidup dari awal kembali. Selama beberapa bulan ia tidak bekerja. Dan ia mencukupi kebutuhan keluarganya hanya dengan hutang tetangga. Namun, ia tetap tidak menyerah dalam mencari pekerjaan. Sampai akhirnya ia diterima sebagai buruh di pabrik di daerah Baki Sukoharjo. Walaupun gajinya pas-pasan sebagai buruh, tetapi yang penting ia dapat mencukupi kebutuhan keluarganya dengan uang halal. Yang membuatku sangat salut kepada beliau adalah walaupun penghasilannya pas-pasan, namun ia tidak sungkan dalam membantu orang lain. Setiap bulan ia selalu menyisihkan uangnya untuk membantu anak-anak jalanan. Menurutnya walau nominalnya tidak besar, yang penting ikhlas dari hati. Sungguh beliau adalah salah satu ciptaan Allah yang sangat luar biasa.

Pukul 16.00 aku pulang. Bapak (sampai sekarang aku belum tau namanya) tadi nebeng karena rumahnya satu jalur denganku. Ia turun di dekat Puskesmas Wonosari. Dalam perjalanan pulang aku sempat berpikir jika bapak tadi dapat membantu orang lain kenapa aku tidak bisa. Setelah kejadian itu aku juga berpikir, bagaimana jika aku melakukan seperti bapak itu. Atau setidaknya aku dapat melakukan kegiatan sosial yang dapat membantu orang-orang yang hidup dalam kesusahan. Tapi aku tidak bisa melakukannya sendiri.

Banyak aku ceritakan kepada temanku di sekolah. Tapi tidak ada yang menanggapinya. Mungkin karena cara bicaraku sehari-hari aku sering cengengesan, sehingga ideku ini tidak ditanggapinya serius. Tapi aku ingin sekali membantu mereka. Dan oleh karena itu, aku tulis cerita ini di blog. Agar siapapun yang membaca dapat prihatin dan dapat membantu saya dalam upaya membantu orang-orang yang kekurangan. Dan bagi yang ingin membantu saya tolong sms ke no 085728333993. Terkhusus bagi orang Solo dan sekitarnya.

Terima Kasih

Sabtu, 01 September 2012

Josh Groban - You Raise Me Up

When I am down and, oh my soul, so weary;
When troubles come and my heart burdened be;
Then, I am still and wait here in the silence,
Until you come and sit awhile with me.

You raise me up, so I can stand on mountains;
You raise me up, to walk on stormy seas;
I am strong, when I am on your shoulders;
You raise me up... To more than I can be.

You raise me up, so I can stand on mountains;
You raise me up, to walk on stormy seas;
I am strong, when I am on your shoulders;
You raise me up... To more than I can be.

There is no life - no life without its hunger;
Each restless heart beats so imperfectly;
But when you come and I am filled with wonder,
Sometimes, I think I glimpse eternity.

You raise me up, so I can stand on mountains;
You raise me up, to walk on stormy seas;
I am strong, when I am on your shoulders;
You raise me up... To more than I can be.

You raise me up, so I can stand on mountains;
You raise me up, to walk on stormy seas;
I am strong, when I am on your shoulders;
You raise me up... To more than I can be.

You raise me up... To more than I can be.