Pages

Subscribe:

Senin, 28 Maret 2016

Warisan Salah Kaprah '98

Halo kawan yang LUAR BIASAA, lama tak jumpa ya. Kangen dengan tulisan-tulisan saya ???Oke deh, kali ini untuk mengobati kekangenan anda para pembaca saya akan menyajikan satu artikel karya saya sendiri. Untuk tulisan pertama setelah cukup lama vakum ini temanya "mahasiswa" kawan kawan ku. Ayo bagi yang merasa masih mahasiswa bisa dibaca nih. Siapa tau dapat dijadikan pembelajaran. Penasaran ??? langsung saja kita ke TKP. Chekidot...
 


Sumber gambar : id.wikipedia.org
Tanggal 8 Maret 1998, terjadi terjadi reformasi yang merupakan suatu peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Lengsernya kekuasaan Presiden Soeharto pada saat itu merupakan simbol dari terjadinya reformasi. Dilatarbelakangi oleh krisis ekonomi terburuk sepanjang sejarah bangsa Indonesaia serta banyaknya praktik KKN di dalam pemerintahan mendorong masyarakat meminta presiden Soeharto untuk mundur dari kekuasaannya. Terjadi banyak konflik di berbagai daerah di Indonesaia. Demonstrasi, penjarahan, pemerkosaan, banyak terjadi di berbagai daerah. Tuntutan mundurnya Soeharto kala itu sangatlah tinggi.
Salah satu kelompok yang menuntut mundurnya rezim Soeharto kala itu adalah para mahasiswa. Banyak sekali demonstrasi turun ke jalanan yang dilakukan oleh mahasiswa di berbagai wilayah di Indonesia. Semua bersatu padu membela atas nama kepentingan rakyat dan menuntut terjadinya reformasi di pemerintahan. Kondisi carut marut dalam pemerintahan ditambah tekanan dari luar membuat pemerintahan kala itu dibuat tidak berkutik melawan gelombang para demonstran. Puncaknya adalah ketika terjadi penembakan tiga mahasiwa Universitas Trisakti oleh aparatur negara yang dikenal dengan peristiwa Trisakti. Peristiwa tersebut membuat kemarahan sangat besar bagi para mahasiswa. Mereka menilai negara sudah sangat kelewatan dalam memperjuangkann rezim Soeharto. Kala itu perkumpulan mahasiswa di seluruh Indonesia berencana melakukan demonstrasi besar - besaran  di Senyan untuk mendrong presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Dan pada tanggal 8 Mei 1998 aliansi mahasiswa tersebut dapat menguasai gedung DPR serta sukses mendorong mundurnya Presiden Soeharto dari jabatannya. Tinta sejarah ditulis oleh para mahasiswa Indonesia.
Jika kita melihat dari serangkaian peristiwa tersebut, reformasi Indonesia terjadi tidak terlepas dari peran mahasiswa. Sejarah mencatat bahwa mahasiswa pada saat itu berperan sangat besar dalam menumbangkan rezim Soeharto. Hal tersebut merupakan suatu prestasi tersendiri khususnya bagi mahasiswa di Indonesia. Hal itulah yang menjadi kebanggan para aktivis – aktivis di dalam kampus sampai sekarang ini. Peristiwa ’98 dianggap sebagai catatan emas bagi para aktivis. Cerita tersebut diceritakan dari generasi ke generasi sebagai suatu kebanggan tersendiri menjadi seorang aktivis. Namun sayang, keberhasilan dalam peristiwa ’98 justru dijadikan patokan para aktivis dalam kampus yang sebenarnya sudah tidak relevan lagi untuk sekarang ini. Salah kaprah dalam memandang peristiwa ’98 justru membentuk pola pikir mahasiswa jaman sekarang keliru dan justru berakibat dipandangnya mahasiswa sebagai pembikin onar jalanan. Cap tersebut tentunya bukanlah suatu prestasi, melainkan suatu yang harus harus dievaluasi dan harus dibenahi. Namun karena pola pikir yang salah tentang peristiwa ’98, sampai sekarang ini para aktivis mahasiswa masih mempertahankan tradisinya. Banyak dari mahasiswa jaman sekarang memandang bahwa apa yang dilakukan oleh pendahulu-pendahulu mereka wajib untuk diteruskan. Sehingga hal tersebut menimbulkan kesan bahwa tidak pemerintahan yang bagus. Siapapun pemimpinnya, apapun kebijakannya selalu akan mendapat evaluasi keas dari para aktivis ini.
Padahal jika kita benar-benar melihat kondisi pada saat tahun’98 dengan kondisi sekarang ini sangatlah berebeda. Memang apa yang dituntut dari dulu hingga sekarang sama, yaitu kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Namun sayangnya, niatan agar nasib rakyat lebih baik tidak sejalan terhadap apa yang mereka lakukan ketika turun ke jalan. Justru sekarang ini ketika terjadi demonstrasi banyak masyarakat yang merasa dirugikan, bukannya mersa dibela.
Semakin berkembangnya jaman seharusnya semakin cerdas pula para aktivis ini dalam menyampaikan aspirasi. Apalagi sejatinya mereka dianggap sebagai orang terpelajar, orang yang memiliki tingkatan sosial lebih tinggi di dalam masyarakat. Namun, jika kita melihat setelah peristiwa demonstrasi besar-besaran di tahun 1998, tidak ada demonstrasi yang mampu meyelesaikan masalah, yang ada justru menambah masalah seperti pengrusakan, kemacetan, yang ujung-ujungnya justru akan menguras uang untuk memperbaiki fasilitas umum  yang seharusnya untuk rakyat yang mereka bela.
Di Indonesia memanglah hak menyampaikan pendapat dijunjung setinggi-tingginya. Dan salah satu cara dalam menyampaikan pendapat memanglah dengan cara demonstrasi. Cara yang dulu efektif untuk mencatatkan sejarah dalam terjadinya reformasi Republik Indonesia. Namun yang menjadi pertanyaan saat ini adalah apakah cara tersebut sekarang ini masih efektif dalam menyelesaikan masalah ? Bisa ya, bisa tidak. Ya apabila apa yang disampaikan oleh para demonstran merupakan suatu pemecahan suatu masalah yang didasarkan pada kondisi Indonesia secara keseluruhan. Untuk hal ini seharusnya dimiliki oleh para aktivis khususnya orang-orang terpelajar seperti mahasiswa. Seorang terpelajar harusnya memiliki wawasan yang luas untuk memecahkan suatu problem yang ada disekitar mereka. Tidak hanya tuntutan, namun juga upaya pemecahan yang mereka sampaikan. Namun sekali lagi yang perlu digarisbawahi adalah pemecahan masalah didasarkan pada kondisi kenyataan yang ada, bukan hanya pemecahan masalah dalam pikiran sempit, sehingga tidak akan menimbulkan permasalahan baru. Jangan sampai mereka menuntut suatu perubahan, namun ketika apa yang mereka tuntut terlaksana, mereka masih saja mempermasalahkan hal yang sama. Tentunya suatu hal yang aneh jika yang melakukannya adalah orang yang terpelajar. Oleh karena itu, semua perlu suatu pemikiran yang matang. Sebenarnya apabila peran para aktivis dapat dilakukan dengan cara seperti ini, hal tersebut akan membantu pemerintah dalam menemukan solusi. Karena solusi dari rakyat sejatinya memang dibutuhkan.
Demonstrasi tidak akan efektif jika apa yang dilakukan oleh para demonstran hanyalah sebuah tuntutan tanpa dasar dan tanpa solusi. Hal inilah yang sekarang ini sering kali terjadi. Banyak para demonstran turun ke jalan atas nama rakyat dan kepentingan rakyat. Namun apa yang mereka bawa hanyalah tuntutan. Hal tersebut maksimal hanya akan didengar oleh pihak pemerintah. Karena jika diibaratkan dalam suatu permainan sepak bola, mereka adalah seorang komentator. Mereka berada di luar tim. Mereka dapat mengomentari segala sesuatu yang ada di dalam pertandingan namun tidak akan memiliki efek pada pelatih maupun pemain yang berada dalam tim. Karena apa yang tau kondisi sebenarnya yang ada di dalam tim adalah jajaran pelatih dan pemain. Jadi apapun yang dikatakan seorang komentator tidak akan berdampak besar bagi suatu tim. Begitupun seorang demonstran, jika apa yang mereka bawa hanyalah suatu tuntutan tak berdasar, maka tidak akan berdampak banyak terhadap perubahan. Harusnya mereka pelajari dulu masalah yang terjadi bagaikan anda seorang di dalam tim, cermati kondisi riil saat sekarang, baru coba carikan solusi. Tentu hal itu akan lebih memberikan manfaat. Selain itu dalam menyampaikan aspirasipun seharusnya para aktivis juga dapat mengikuti perkembangan jaman. Tidak harus mengerahkan massa yang banyak namun pada akhirnya justru tidak tepat sasaran. Lebih baik menggunakan cara-cara diplomatis ataupun dengan menggunakan suatu percontohan dari mereka sendiri. Selain itu sekarang semakin banykanya media baik online maupun konvensional akan lebih mempermudah dalam menyampaikan aspirasi. Tidak perlu terlalu berpatokan pada kesuksesan masa lalu, karena hal tersebut sudah tidak cocok lagi digunakan untuk sekarang. Kalau ada kapal, kenapa masih menggunakan perahu. Kalau ada cara yang lebih efektif, kenapa harus pakai cara yang primitive. Jangan sampai saat meyampaikan aspirasi yang katanya “untuk rakyat” tetapi justru mengganggu kepentingan umum. Karena perlu diingat bahwa anda bukanlah dewa penyelamat bagi mereka yang perlu dihargai ketika melakukan demonstrasi.. Orang yang terganggu oleh anda ketika anda beraksi, mereka akan mengecam anda, bukannya mendukung anda.
Intinya kita sebagai aktivis haruslah menjadi aktivis yang cerdas dan memiliki wawasan yang luas. Ditambah lagi sebagai seorang mahasiswa kita dituntut untuk dapat memecahkan permasalahan yang ada di negeri ini. Bukannya terlalu banyak tuntutan tetapi justru kita tidak dapat berbuat apa – apa. Jangan terlalu berpatokan terhadap kesuksesan masa lalu. Karena masa lalu mamang baik untuk dikengan dan sebagai bahan pembelajaran, tetapi bukanh sebuah kewajiban yang harus senantiasa dilaksanakan. Lakukanlah yang terbaik untuk diri sendiri dulu, maka secara otomatis anda akan dapat membantu yang lain. Karena segala sesuatu selalu dimulai dari hal yang terkecil dahulu. Berkaryalah anak muda !!!!


CATATAN SEORANG MAHASISWA

0 comments:

Posting Komentar