Halo kawan yang LUAR BIASAA, lama tak jumpa ya. Kangen dengan tulisan-tulisan saya ???Oke deh, kali ini untuk mengobati kekangenan anda para pembaca saya akan menyajikan satu artikel karya saya sendiri. Untuk tulisan pertama setelah cukup lama vakum ini temanya "mahasiswa" kawan kawan ku. Ayo bagi yang merasa masih mahasiswa bisa dibaca nih. Siapa tau dapat dijadikan pembelajaran. Penasaran ??? langsung saja kita ke TKP. Chekidot...
Sumber gambar : id.wikipedia.org
Tanggal 8 Maret 1998,
terjadi terjadi reformasi yang merupakan suatu peristiwa penting dalam sejarah
bangsa Indonesia. Lengsernya kekuasaan Presiden Soeharto pada saat itu
merupakan simbol dari terjadinya reformasi. Dilatarbelakangi oleh krisis
ekonomi terburuk sepanjang sejarah bangsa Indonesaia serta banyaknya praktik
KKN di dalam pemerintahan mendorong masyarakat meminta presiden Soeharto untuk mundur
dari kekuasaannya. Terjadi banyak konflik di berbagai daerah di Indonesaia.
Demonstrasi, penjarahan, pemerkosaan, banyak terjadi di berbagai daerah. Tuntutan
mundurnya Soeharto kala itu sangatlah tinggi.
Salah satu kelompok
yang menuntut mundurnya rezim Soeharto kala itu adalah para mahasiswa. Banyak
sekali demonstrasi turun ke jalanan yang dilakukan oleh mahasiswa di berbagai
wilayah di Indonesia. Semua bersatu padu membela atas nama kepentingan rakyat
dan menuntut terjadinya reformasi di pemerintahan. Kondisi carut marut dalam
pemerintahan ditambah tekanan dari luar membuat pemerintahan kala itu dibuat
tidak berkutik melawan gelombang para demonstran. Puncaknya adalah ketika
terjadi penembakan tiga mahasiwa Universitas Trisakti oleh aparatur negara yang
dikenal dengan peristiwa Trisakti. Peristiwa tersebut membuat kemarahan sangat
besar bagi para mahasiswa. Mereka menilai negara sudah sangat kelewatan dalam
memperjuangkann rezim Soeharto. Kala itu perkumpulan mahasiswa di seluruh
Indonesia berencana melakukan demonstrasi besar - besaran di Senyan untuk mendrong presiden Soeharto
mundur dari jabatannya. Dan pada tanggal 8 Mei 1998 aliansi mahasiswa tersebut
dapat menguasai gedung DPR serta sukses mendorong mundurnya Presiden Soeharto
dari jabatannya. Tinta sejarah ditulis oleh para mahasiswa Indonesia.
Jika kita melihat dari
serangkaian peristiwa tersebut, reformasi Indonesia terjadi tidak terlepas dari
peran mahasiswa. Sejarah mencatat bahwa mahasiswa pada saat itu berperan sangat
besar dalam menumbangkan rezim Soeharto. Hal tersebut merupakan suatu prestasi
tersendiri khususnya bagi mahasiswa di Indonesia. Hal itulah yang menjadi
kebanggan para aktivis – aktivis di dalam kampus sampai sekarang ini. Peristiwa
’98 dianggap sebagai catatan emas bagi para aktivis. Cerita tersebut
diceritakan dari generasi ke generasi sebagai suatu kebanggan tersendiri
menjadi seorang aktivis. Namun sayang, keberhasilan dalam peristiwa ’98 justru
dijadikan patokan para aktivis dalam kampus yang sebenarnya sudah tidak relevan
lagi untuk sekarang ini. Salah kaprah dalam memandang peristiwa ’98 justru
membentuk pola pikir mahasiswa jaman sekarang keliru dan justru berakibat
dipandangnya mahasiswa sebagai pembikin onar jalanan. Cap tersebut tentunya
bukanlah suatu prestasi, melainkan suatu yang harus harus dievaluasi dan harus
dibenahi. Namun karena pola pikir yang salah tentang peristiwa ’98, sampai
sekarang ini para aktivis mahasiswa masih mempertahankan tradisinya. Banyak
dari mahasiswa jaman sekarang memandang bahwa apa yang dilakukan oleh
pendahulu-pendahulu mereka wajib untuk diteruskan. Sehingga hal tersebut
menimbulkan kesan bahwa tidak pemerintahan yang bagus. Siapapun pemimpinnya,
apapun kebijakannya selalu akan mendapat evaluasi keas dari para aktivis ini.
Padahal jika kita benar-benar
melihat kondisi pada saat tahun’98 dengan kondisi sekarang ini sangatlah berebeda.
Memang apa yang dituntut dari dulu hingga sekarang sama, yaitu kesejahteraan
bagi rakyat Indonesia. Namun sayangnya, niatan agar nasib rakyat lebih baik
tidak sejalan terhadap apa yang mereka lakukan ketika turun ke jalan. Justru
sekarang ini ketika terjadi demonstrasi banyak masyarakat yang merasa
dirugikan, bukannya mersa dibela.
Semakin berkembangnya
jaman seharusnya semakin cerdas pula para aktivis ini dalam menyampaikan
aspirasi. Apalagi sejatinya mereka dianggap sebagai orang terpelajar, orang
yang memiliki tingkatan sosial lebih tinggi di dalam masyarakat. Namun, jika
kita melihat setelah peristiwa demonstrasi besar-besaran di tahun 1998, tidak
ada demonstrasi yang mampu meyelesaikan masalah, yang ada justru menambah
masalah seperti pengrusakan, kemacetan, yang ujung-ujungnya justru akan menguras
uang untuk memperbaiki fasilitas umum yang
seharusnya untuk rakyat yang mereka bela.
Di Indonesia memanglah
hak menyampaikan pendapat dijunjung setinggi-tingginya. Dan salah satu cara
dalam menyampaikan pendapat memanglah dengan cara demonstrasi. Cara yang dulu
efektif untuk mencatatkan sejarah dalam terjadinya reformasi Republik Indonesia.
Namun yang menjadi pertanyaan saat ini adalah apakah cara tersebut sekarang ini
masih efektif dalam menyelesaikan masalah ? Bisa ya, bisa tidak. Ya apabila apa
yang disampaikan oleh para demonstran merupakan suatu pemecahan suatu masalah
yang didasarkan pada kondisi Indonesia secara keseluruhan. Untuk hal ini
seharusnya dimiliki oleh para aktivis khususnya orang-orang terpelajar seperti mahasiswa.
Seorang terpelajar harusnya memiliki wawasan yang luas untuk memecahkan suatu
problem yang ada disekitar mereka. Tidak hanya tuntutan, namun juga upaya pemecahan
yang mereka sampaikan. Namun sekali lagi yang perlu digarisbawahi adalah pemecahan masalah didasarkan pada kondisi
kenyataan yang ada, bukan hanya pemecahan masalah dalam pikiran sempit, sehingga
tidak akan menimbulkan permasalahan baru. Jangan sampai mereka menuntut suatu
perubahan, namun ketika apa yang mereka tuntut terlaksana, mereka masih saja
mempermasalahkan hal yang sama. Tentunya suatu hal yang aneh jika yang
melakukannya adalah orang yang terpelajar. Oleh karena itu, semua perlu suatu
pemikiran yang matang. Sebenarnya apabila peran para aktivis dapat dilakukan
dengan cara seperti ini, hal tersebut akan membantu pemerintah dalam menemukan
solusi. Karena solusi dari rakyat sejatinya memang dibutuhkan.
Demonstrasi tidak akan efektif
jika apa yang dilakukan oleh para demonstran hanyalah sebuah tuntutan tanpa
dasar dan tanpa solusi. Hal inilah yang sekarang ini sering kali terjadi.
Banyak para demonstran turun ke jalan atas nama rakyat dan kepentingan rakyat.
Namun apa yang mereka bawa hanyalah tuntutan. Hal tersebut maksimal hanya akan
didengar oleh pihak pemerintah. Karena jika diibaratkan dalam suatu permainan
sepak bola, mereka adalah seorang komentator. Mereka berada di luar tim. Mereka
dapat mengomentari segala sesuatu yang ada di dalam pertandingan namun tidak
akan memiliki efek pada pelatih maupun pemain yang berada dalam tim. Karena apa
yang tau kondisi sebenarnya yang ada di dalam tim adalah jajaran pelatih dan
pemain. Jadi apapun yang dikatakan seorang komentator tidak akan berdampak
besar bagi suatu tim. Begitupun seorang demonstran, jika apa yang mereka bawa
hanyalah suatu tuntutan tak berdasar, maka tidak akan berdampak banyak terhadap
perubahan. Harusnya mereka pelajari dulu masalah yang terjadi bagaikan anda seorang
di dalam tim, cermati kondisi riil saat sekarang, baru coba carikan solusi.
Tentu hal itu akan lebih memberikan manfaat. Selain itu dalam menyampaikan
aspirasipun seharusnya para aktivis juga dapat mengikuti perkembangan jaman.
Tidak harus mengerahkan massa yang banyak namun pada akhirnya justru tidak
tepat sasaran. Lebih baik menggunakan cara-cara diplomatis ataupun dengan menggunakan
suatu percontohan dari mereka sendiri. Selain itu sekarang semakin banykanya
media baik online maupun konvensional akan lebih mempermudah dalam menyampaikan
aspirasi. Tidak perlu terlalu berpatokan pada kesuksesan masa lalu, karena hal
tersebut sudah tidak cocok lagi digunakan untuk sekarang. Kalau ada kapal,
kenapa masih menggunakan perahu. Kalau ada cara yang lebih efektif, kenapa
harus pakai cara yang primitive. Jangan sampai saat meyampaikan aspirasi yang
katanya “untuk rakyat” tetapi justru mengganggu kepentingan umum. Karena perlu
diingat bahwa anda bukanlah dewa penyelamat bagi mereka yang perlu dihargai
ketika melakukan demonstrasi.. Orang yang terganggu oleh anda ketika anda
beraksi, mereka akan mengecam anda, bukannya mendukung anda.
Intinya kita sebagai
aktivis haruslah menjadi aktivis yang cerdas dan memiliki wawasan yang luas.
Ditambah lagi sebagai seorang mahasiswa kita dituntut untuk dapat memecahkan
permasalahan yang ada di negeri ini. Bukannya terlalu banyak tuntutan tetapi
justru kita tidak dapat berbuat apa – apa. Jangan terlalu berpatokan terhadap
kesuksesan masa lalu. Karena masa lalu mamang baik untuk dikengan dan sebagai
bahan pembelajaran, tetapi bukanh sebuah kewajiban yang harus senantiasa dilaksanakan.
Lakukanlah yang terbaik untuk diri sendiri dulu, maka secara otomatis anda akan
dapat membantu yang lain. Karena segala sesuatu selalu dimulai dari hal yang
terkecil dahulu. Berkaryalah anak muda !!!!
CATATAN SEORANG MAHASISWA
0 comments:
Posting Komentar